Hormat, kasih dan cerdas

Hormat, kasih dan cerdas

Betapa kita seharusnya dapat belajar dari sosok yang kita hormati, kita kasihi…
Saat kita berada di samping sosok yang kita hormati...
Maka kita akan senantiasa berusaha memelihara perkataan kita...
kita berusaha mencegah keluarnya perkataan yang membuat citra kita jatuh di matanya...
kita berusaha mengucapkan hanya kata-kata terbaik dari lisan kita...
Saat kita berada di samping sosok yang amat kita kasihi...
Maka kita akan senantiasa berusaha untuk tidak melukai hatinya...
kita berusaha membesarkan hati mereka...
kita berusaha semampu kita untuk membuat mereka mencintai kita...

Mengapa demikian? Mengapa kita hanya memilih untuk berbuat demikian di depan sosok-sosok khusus yang kita hormati atau yang kita kasihi? 

Karena hati kita masih terkotak-kotak...
ada sekat sekat di hati kita yang memisahkan seseorang untuk tidak masuk ke dalam relung hati yang berisi sosok sosok terkasih....
ada bayangan yang sengaja kita buat di hati kita yang menutupi sebagian sisi hati sehingga sisi tersebut tidak bersinar...
Kita biarkan sebagian sisi hati kita membusuk dan kita pelihara sebagian lainnya untuk tetap berbinar... 

Jika saja hati kita seluas langit biru...
tanpa awan- awan hitam yang menutupinya...
Jika saja hati kita seluas samudra...
meskipun riak ombak ombak kecil terkadang meraja...
Jika saja hati kita sebening tetesan embun pagi...
yang tanpa pamrih meluruhkan raganya untuk kebahagiaan makhluk lain yang membutuhkan dirinya...
Jika saja hati kita seputih melati...
yang tetap teguh mempertahankan warnanya...
meskipun debu debu berebut mengubah putihnya...
Jika saja hati kita seindah kupu kupu...
yang senantiasa beterbangan mencari bunga bunga yang membutuhkan dirinya untuk kelangsungan hidup mereka...
yang tidak pernah melukai dahan dahan tempat hinggapnya...

Hati adalah raja...
dan seluruh tubuh adalah pasukannya...
Jika hati itu sempit, jika hati itu rusak, atau jika saja hati itu ternoda...
seluruh tubuh pun akan merasakan imbasnya...
Jika kita memasukkan sosok seseorang sebagai orang terkasih maka seluruh tubuh pun akan menyakini kewajibannya untuk berlaku yang terindah terhadap sosok tersebut...
seperti halnya jika kita yakin kita cerdas, maka keyakinan itu akan mewarnai seluruh perilaku kita...

Mengapa tidak kita pilih jalan itu? Berlaku penuh kasih dan cerdas...
tidak hanya terhadap sosok sosok tertentu, tapi terhadap siapa pun yang kita temui...bukankah buahnya akan kita rasakan sendiri? Seseorang yang penuh kasih bukanlah orang yang pilih kasih...
seseorang yang cerdas bukan hanya orang yang mampu mengaplikasikan rumus rumus yang dipelajarinya di sekolah, tapi seseorang yang cerdas juga seseorang yang dapat menunjukkan jalan untuk mencerdaskan orang lain, jeli mengambil kesempatan untuk memberikan yang terbaik yang dimilikinya untuk kemanfaatan orang lain...
seseorang yang cerdas juga seseorang yang paling bermanfaat untuk orang lain...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Good Looking” dalam Pandangan Islam

Nama Malaikat dan Tugasnya