Keluargaku Syurga Dunia


Keluargaku Syurga Dunia

    Setiap hari media cetak atau elektronik menyuguhi benak kita dengan aneka peristiwa gugatan cerai pasangan artis muda yang baru berkeluarga seumur jagung, atau perbuatan hak asuh anak akibat perceraian kedua orangtuanya. Apa jadinya jika ibu-ibu muda dan remaja putri keranjingan tabloid atau TV dengan menyajikan berita infotainment, bahkan menjadi bahan ngerumpi anak-anak remaja kita.

    Sadarkah kita jika setiap hari anak-anak kita dalam kepala mereka telah diracuni dengan aneka berita tersebut. Sudah tidak terdengar lagi anak-anak kita mengeja belajar huruf hijaiyah usai shalat maghrib, karena aneka tontonan menarik usai shalat maghrib membutakan hatinya. Makanya tidak salah jika waktu mulai pukul 18.00 s.d. 20.00 merupakan waktu yang tepat untuk menyajikan aneka acara menarik termasuk didalamnya selingan iklan yang terkadang kurang mendidik, karena saat ini semua anggota keluarga lebih asyik menikmati tontonan ketimbang melaksanakan shalat berjamaah atau belajar mengaji Qur’an. Subhanallah, sungguh awal kehancuran keluarga diawali dari persoalan menonton TV.

    Irama kehidupan kita saat ini dan yang akan datang akal lebih semakin keras, dinamis, persaingan kompetitif, serta lahirnya berbagai masalah kompleks. Kalau hal tersebut tidak dapat dimenej oleh Kepala Keluarga (ayah) dan Ibu Rumah Tangga (ibu) sangat berpotensi besar datangnya setres dan membuat perasaan nyaman dan tentram menjadi langka dan mahal harganya.

    Salah satu tujuan pernikahan adalah terciptanya sakinah, mawaddah, warahmah di dalam keluarga. Rumah hadir dalam keluarga bukan sekedar tempat pertemuan dua jenis yang berbeda, dan juga bukan sebagai tempat yang tidak memiliki nilai-nilai luhur dan bermartabat yang akan dicapai.

    Kata sakinah, begitu mudah diucapkan, setiap kali peristiwa perkawinan, pasangan penganten diberi ucapan selamat “semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah”. Apakah keluarga tersebut dapat mewujudkan do’a-do’a tersebut? Belum tentu, tidak sedikit baru meregup nikmatnya penganten harus bercerai karena mereka mengalami family sock, belum siap menerima perbedaan perilaku dan sifat yang harus saling memahami.

    Kalimat sakinah tidak identik dengan lengkapnya berbagai fasilitas rumah tangga termasuk, kendaraan, rumah yang megah dan deposito, padahal sering kali kelengkapan tersebut lebih banyak menjebak dan menipu kehidupan mereka. Tersedianya berbagai fasilitas hanya membuat hati mereka semakin keras.

    Terdapat satu pelajaran yang dapat kita lakukan guna mencapai derajat sakinah. Salah satunya adalah menerima apapun keadaan dan situasi anggota keluarga dengan hati yang ikhlas, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada.

    Kenyamanan hidupseorang isteri ataupun suami harus melahirkan sikap menerima dengan jujur apa adanya sehingga merasa dihargai dan dihormati. Selama ini banyak lahir kepura-puraan, atau kedustaan dalam rumah tangga yang akhirnya melahirkan ketidak nyamanan dalam rumah tangga.

    Variasi target yang sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota keluarga akan melahirkan harmoni kekuatan yang luar biasa, sebab semua pihak lebih mengedepankan sikap realistik bahwa masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sudah saatnya kita lebih mengedepankan kelebihan masing-masing dari pada menonjolkan kelemahan, karena kelebihan akan menciptakan sebuah keluarga yang benar-benar menjadi syurga dunia dan juga akhirat.

    Sikap kepemimpinan Kepala Keluarga juga harus ditumbuhkan secara bertahap sehingga setiap persoalan yang datang kemudian memecahkannya akan menjadi pondasi dirinya dalam menghadapi persoalan yang sama di lain waktu. Selain itu kepekaan terhadap kebutuhan relaksasi harus menjadi agenda keluarga, karena kejenuhan dalam rumah tangga salah satu pemecahnya adalah dengan meluangkan waktu untuk ber-rekreasi. Aktivitas rutin dalam keluarga bukan saja melahirkan stress akan tetapi akan menuju titik jenuh yang merupakan bunga-bung stress. Kemampuan memenej keluarga dalam pemenuhan kebutuhan relaksasi harus dibentuk secara reaktif tidak harus mengeluarkan anggaran besar atau menghabiskan waktu cukup lama, akan tetapi mencari berbagai pilihan ketempat rekreasi yang murah meriahpun akan dirasa cukup selama anggota keluarga menikmatinya. Bisa jadi sebuah aktivitas rumah tangga yang sederhana akan tetapi dilakukan secara bersama-sama anggota keluarga dapat menjadiobat mujarab yang menyenangkan hati dan mendatangkan rasa rileks.

    Sudah saatnya kita melakukan hal-hal yang sederhana yang berdampak positif bagi semua anggota keluarga, seperti sifat qonaah, bertawakal kepada Allah, pasrah kepada taqdir Allah, menampilkan wajah yang penuh ceria, senyum yang terus mengambang, kemudahan memaafkan setiap kesalahan, sampai sapaan ringan dan mesrah ketika kita berpapasan dengan anggota keluarga. Hal tersebut merupakan budaya keluarga yang harus ditumbuhkembangkan dan tetap dijaga konsistensinya dalam keluarga.

    Satu hal yang perlu dilestarikan adalah senantiasa melantunkan do’a-do’a untuk diri sendiri, dan semua anggota keluarga, disamping senantiasa mengucap rasa syukur atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada keluarga, merupakan ekspresi positif keluarga yang akan melahirkan kepercayaan diri bagi semua anggota keluarga.

    Kita harus meyakinai, jika semua dapat kita lakukan dengan baik, befikir jernih dan bersikap realistik, serta terus berdo’a, tidak mustahil keluarga kita menjadi taman syurga baik di dunia maupun di akhirat kelak.

“Amin Ya robbal’alamin”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“Good Looking” dalam Pandangan Islam

Sejarah Singkat